top of page

Pelatihan SOP : Berbekal Lego, Omset Meroket 58%


pelatihan sop

Ini adalah sebuah kisah pengalaman cemerlangnya sebuah hasil pelatihan SOP yang didahului dengan penajaman kompetensi soft skills.

Diakhir tahun itu, Romi, seorang pemilik bisnis, merasakan dua hal yang berlawanan pada waktu yang bersamaan. Rasa pertama yang dirasakannya adalah kebahagiaan. Asisten pribadinya menyampaikan laporan penjualan tahunan yang berhasil menembus target yang ditetapkan. Kebahagiaan yang dirasakan oleh seluruh tim kerja dalam perusahaan Romi karena sesuai rencana, bonus tahunan akan diterima oleh semua orang yang terlibat dalam prestasi itu.

Namun disisi lain Romi juga merasakan kekecewaan kepada para pekerjanya. Pasalnya, muncul sebuah data yang menunjukkan bahwa hampir 50% permintaan order yang muncul ditahun tersebut ternyata tidak dapat dipenuhi karena "overload" katanya. Dari hasil evaluasi ternyata sebagian besar failed project ini mayoritas 'rontok' ditahapan penyusunan proposal kreatif. Tahap ini adalah tahap yang memegang peranan penting dalam proses sales karena bisnis Romi memang bergerak dalam industri kreatif.

Hasil evaluasi bersama ini ternyata tidak diamini oleh hasil work load analysis yang membeberkan perhitungan standar dimana semestinya overload tidak bisa dijadikan pembenaran atas hilangnya proyek yang segitu banyaknya. SOP kemudian dilirik sebagai biang keladi dari terjadinya overload. sehingga diputuskan perusahaan menggelar pelatihan membuat SOP bagi para dept head untuk kemudian hasil dari pelatihan SOP ini dijadikan sebagai bekal para unit head untuk menyempurnakan SOP yang sudah ada.

pelatihan sop

TNA digelar untuk menyusun modul pelatihan yang tepat. Ada yang menarik dari hasil Training Need Analysis tersebut. Ternyata bukan SOP lah yang menjadi biang keladi terjadinya overload. Namun ada beberapa kompetensi soft skill yang dibutuhkan untuk menunjang kelancaran SOP tersebut ternyata tidak mampu dihadirkan oleh sebagian besar team player dalam perusahaan Romi.

Adalah Kang Widhie, salah seorang fasilitator utama SOFT SKILL INDONESIA yang kemudian menyisipkan penajaman kompetensi soft skill sebelum menu utama pelatihan SOP dihidangkan kepada para peserta pelatihan. program sisipan ditujukan untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan waktu sesuai tuntutan pekerjan, membentuk tanggung jawab dan komitmen dalam bekerja serta mengembangkan kemampuan berinisiatif dalam bekerja.

Seperti layaknya program experiential learning, beberapa exercise dilakukan dalam tahap concrete experience, yaitu tahap pertama dalam siklus metode experiential learning.

Ada yang menarik dari pelaksanaan sisipan program tersebut. Kang Widhie berhasil menghajar peserta pelatihan SOP dengan satu exercise saja. Sebuah priority games dimainkan oleh seluruh peserta ditahap awal hari pertama pelatihan. Games ini hanya menggunakan seperangkat alat permainan lego dipadu kreasi aturan main yang memang diarahkan untuk memunculkan experience value sesuai ketiga obyektif sisipan program.

Gotcha ! peserta pelatihan yang didominasi gen Y ini terbelalak, mereka mendapatkan AHA momennya. Betapa selama ini mindset dan perilaku yang ditampilkan ternyata kontraproduktif terhadap SOP dan mengakibatkan terbuangnya sekian besar sumber daya pendapatan karena hal-hal receh.

pelatihan SOP 4

Setelah penyadaran ini berhasil dilakukan dengan pendekatan eksperiensial, hari kedua dan ketiga pelatihan barulah menghadirkan pelatihan SOP yang mengajarkan peserta tentang teknik pembuatan SOP yang baik dan benar.

Usai pelatihan SOP selama 3 hari, para peserta pelatihan SOP melakukan penyempurnaan dari SOP yang sudah ada. dalam waktu 1 bulan, revisi SOP berhasil dilakukan dan siap diekskusi oleh seluruh anggota tim perusahaan Romi.

Berbekal SOP yang lebih representatif dan kompetensi soft skill yang telah terpupuk dari pelatihan tersebut, ditahun berikutnya Romi & tim berhasil meningkatkan omset sebesar 58% dibanding tahun sebelumnya




30 views
bottom of page